Rabu, 27 Januari 2016

Kesenian Daerah yang Kian Tergerus Perkembangan Zaman


Cirebonmedia.com– Perubahan dan kemajuan zaman sejatinya membawa manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Namun bila perubahan itu sendiri tidak disikapi secara bijak, justru hal tersebut akan mendatangkan dampak negatif. Perubahan tentunya menimbulkan konsekuensi tertentu seperti pergeseran nilai dan sebagainya. Disinilah diperlukannya kedewasaan diri dalam menerima perubahan yang ditawarkan oleh kemajuan zaman ini untuk tetap dapat melestarikan nilai-nilai luhur sebagai identitas bangsa.
Salah satu parameter perubahan dapat kita lihat dari perilaku generasi saat ini yang lebih menggemari budaya asing seperti pergi ke clubbing dan menikmati musik dari DJ dari pada menikmati kesenian daerah yang digelar di gedung-gedung kesenian daerah. Kebanyakan menganggap kesenian daerah sudah kuno dibandingkan kesenian asing yang masuk melalui arus globalisasi.
Menurut dosen tari di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Julianti Parani, tari tradisional merupakan salah satu produk budaya sebagai warisan tak benda yang merupakan bentuk perangkat lunak masyarakat masa lampau yang paling rawan menjadi korban karena termakan zaman.
Ini sungguh memperihatinkan, ketika produk kesenian daerah yang kian tergerus perkembangan zaman terutama oleh budaya asing yang masuk. Kesenian daerah adalah wajah dari bangsa ini, lalu jika masyarakat sudah tidak memiliki rasa cinta terhadap kesenian daerahnya, wajah apa yang akan terlihat dari bangsa ini?
Dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah harus menjadi prioritas dalam menjaga kelestarian budaya lokal, jangan sampai kedepan kearifan lokal hilang akibat dipandang sebelah mata. Pembinaan harus dilakukan kepada generasi muda agar lebih mengenal dan mencintai kebudayaan daerah.
Salah satu gerakan tari Buraq yang dipertunjukan dalam acara "Kemilau Nusantara Jawa Barat" tanggal 25 November 2007
Di Cirebon sendiri kejadian tersebut dialami para pelaku kesenian dan kebudayaan Cirebon seperti yang dilansir oleh Cirebonpos.com, Elang Panjimengatakan “berbicara tentang kebudayaan dan kesenian sekarang ini, menurutnya semakin surut jumlah pelaku seni baik dalam bentuk perorangan maupun sanggar seni yang aktif. Akan tetapi, perkmbangan kesenian dari periode 1995 sampai dengan sekarang semakin baik. Karena kesenian sudah merambah ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Cirebon, meskipun masih terjadi pasang surut dalam prakteknya.
Pemerintah harus segera mengambil langkah untuk menyelamatkan kesenian tradisional, pagelaran yang menampilkan kesenian daerah harus rutin dilakukan jika tak ingin warisan ini hilang termakan oleh zaman.
Image By: google.com
Sumber :

Diterpa Kemajuan Zaman, Burok Tetap Bertahan


Cirebonmedia.com– Kota yang unik dengan perpaduan kebudayaan dan kesenian dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Arab serta Cina. Kota yang akrab dengan sebutan Kota Udang dan terkadang juga disebut sebagai Kota Wali. Cirebon sebuah kota yang terletak diantara Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan salah satu kota di Indonesia dengan berbagai ragam kesenian dan budaya serta saksi dimana sebuah peradaban maju pernah terjadi disini.
Berbicara mengenai seni dan budaya, ada salah satu kesenian yang unik dari Kota yang dimasa lampau pernah dipimpin oleh salah satu Wali tersohor yaitu Sunan Gunung Jati yang pernah membawa Cirebon berada pada masa kejayaannya. Burok merupakan kesenian yang sering digelar untuk perayaan seperti khitanan, berupa boneka besar berwujud kuda terbang yang dipanggul oleh 4 orang.
Berdasarkan penuturan dari para seniman, Kesenian ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1934. Bermula dari seorang penduduk desa Kalimaro Kecamatan Babakan yang bernama Kalil yang membuat sebuah kreasi baru seni Badawang yaitu berupa Kuda Terbang, konon ia diilhami oleh cerita rakyat yang hidup di kalangan masyarakat Islam tentang perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhamad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dengan menunggang hewan kuda bersayap yang disebut Buroq.
Menurut cerita dari beberapa masyarakat Cirebon, pada masa itu masyarakat dikenalkan dengan kesenian burok melalui media lukisan kaca yang pada waktu itu cukup populer dan dimiliki oleh beberapa anggota masyarakat di Cirebon. Lukisan kaca tersebut berupa Kuda sembrani, seekor kuda yang memiliki sayap. Pada saat itu masyarakat Cirebon tidak terlalu asing dengan figur burok ini, atas dasar hal tersebut Kalil melalui kreativitasnya dengan melahirkan sebuah Badawang baru yang diberinama Buroq, sementara keseniannya diberi nama seni genjring Burok.
Jpeg
Jpeg
Pada saat perayaan Khitanan burok atau burokan kerap muncul seabagai seni yang menunjang kemeriahan acara yang berlangsung. Biasanya pertunjukan ini dilangsungkan pada pagi hari dan mulai berkeliling kampung di area perayaan digelar. Sebelum berkeliling kampung, ketua rombongan biasanya memastikan terlebih dahulu bahwa perlengkapan dan kesiapan rombongan sudah siap menjalankan perannya dan setelah itu membaca doa. Arak-arakan dimulai dengan berkumpulnya masyarakat dan anak yang dikhitan dinaikan ke atas boneka burok lengkap dengan pakaian khas daerah, biasanya boneka burok berwujud kuda terbang, Gajah serta Macan. Boneka burok dipanggul oleh empat orang dua di depan dan dua di belakang yang diiringi oleh alunan musik yang terdiri dari 3 buah dogdog yang berukuran besar, sedang dan kecil, 4 genjring, 1 simbal, organ, gitar, gitar melodi, kromong, suling, dan kecrek.
Burok atau burokan memiliki makna syukur kepada sang pencipta. Kesenian ini dianggap seni islami karena mengadopsi kendaraan yang digunakan oleh Rasullulah saat melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Karena kisah inilah yang sering diceritakan sebagai dongeng dari tempat-tempat pengajian yang diabadikan juga dalam lukisan-lukisan kaca.
Dengan demikianlah yang membuat masyarakat Cirebon yang mayoritas memeluk Islam mudah menerima kesenian yang satu ini. Meski zaman telah berkembang dan kebudayaan serta kesenian asing berbondong-bondong masuk ke Nusantara, Burok tetap mampu bertahan dan tetap dilestarikan oleh masyarakat di Cirebon dan bahkan tersebar sampai kebeberapa daerah seperi Kuningan, Losari dan Indramayu.


Image By: Andri “Big” Septioadi/ Cirebon Media

Sumber :

Batik Trusmi Ajak Pengunjung Hotel Metland Membatik


Cirebonmedia.com – Menurunnya minat membatik di kalangan masyarakat khususnya daerah Cirebon membuat Pusat Grosir Batik Trusmi memberikan pelayanan khusus bagi para pengunjung yang datang untuk lebih mengenal bagaimana proses membatik. Seperti salah satunya, pada Kamis lalu rombongan Metland Hotel yang datang kesini pun turut mempelajari proses pembuatan batik.
Sebanyak 30 orang lebih yang tergabung dalam rombongan Metland Hotel ini pun turut serta mengikuti proses pembelajaran membatik. Dengan didampingi para pembatik dari pihak Pusat Grosir Batik Trusmi, mereka pun diajarkan cara-cara untuk memberikan malam pada kain batik yang telah diberi pola tersebut.
“ penasaran aja bagaimana proses membatik itu, soalnya kalau diliatkan mudah gitu tapi pas saya mau nyoba tenyata susah juga yah, “ Ujar Agus salah satu rombongan dari Metlanda Hotel.
Seperti beberapa waktu lalu juga rombongan dari Bimbel Cahaya Nusantara Bekasi sempat mengikuti pembelajaran proses membatik di Pusat Grosir Batik Trusmi pada Sabtu  kemarin.
IMG_2884
Image By: Trusmi
Perlu diketahui juga bahwa di Pusat Grosir Batik Trusmi ini selain para pengunjung bisa membeli berbagai produk oleh-oleh khas Cirebon. Para pengunjung pun dapat mencoba untuk mengetahui dan belajar proses pembatikan. Untuk syarat mengikuti proses pembatikkan ini para pengunjung cukup dengan membayar Rp. 35.000 perorang sudah termasuk pewarnaan pada karya batik yang anda buat. Penasaran untuk mencoba sensasi membatik dengan pola khas Cirebon? yuh datang dan rasakan proses membatik di Pusat Grosir Batik Trusmi.
Membatik sendiri merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola gambar atau motif yang dioleskan di atas selembar kain.  Teknik pewarnaannya menggunakan teknik tutup celup.  Karya seni batik ini merupakan salah satu seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa Indonesia.
Dengan adanya kegiatan pembelajaran membatik yang diberikan kepada masyarakat luas, semoga kedepannnya warisan budaya yang luhur ini ndapat dilestarikan melalui tangan-tangan penerus bangsa. Jangan sampai kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia ini hilang termakan zaman.

Sumber :

Tari Topeng Beling


Cirebonmedia.com- Cirebon merupakan satu daerah yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Barat. Daerah yang merupakan perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ini membuat proses alkulturasi budaya pun terjadi antara dua kultur masyarakat Sunda dan Jawa. Ada salah satu kesenian Cirebon yang merupakan hasil alkulturasi yaituTopeng Beling.
Topeng Beling merupakan salah satu seni tari yang tumbuh dan berkembang di Cirebon tepatnya yaitu di Sanggar Seni Sekar Pandan yang berada di komplek Keraton Kacirebonan. Tari Topeng Beling ini diciptakan oleh Elang Heri Komarahadi pada tahun 1995. Tari Topeng Beling ini merupakan perpaduan dari unsur debus dan tari Topeng Cirebon. Topeng Beling sama seperti tari Topeng Cirebon pada umumnya yaitu mengenakan topeng atau kedok.
IMG_6174
Image By: Cirebon Media/ Bima
Selain itu, Topeng Beling ini juga dipentaskan oleh kaum laki-laki, berbeda dengan tari Topeng Cirebon yang bisa ditarikan oleh penari perempuan. Dimana untuk menarikan Topeng Beling ada beberapa persyaratan yang harus dikuasi oleh penari tersebut yang diantaranya, penari Topeng Beling selain harus menguasai tari Topeng Cirebon itu sendiri dan juga harus menguasai keahlian atraksi debus. Hal ini dikarenakan dalam pertunjukan Topeng Beling terdapat atraksi debusnya yaitu, penari Topeng Beling sesekali menari di atas beling.
Topeng Beling terdiri dari dua kata yaitu Topeng dan Beling. Menurut pendapat umum, istilah kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup muka/kedok. Sedangkan “Beling” adalah kata serapan dari bahasa Sunda yang artinya pecahan kaca. Berdasarkan istilah itu, dapat disimpulkan bahwa tari Topeng Beling adalah sebuah tarian yang menggunakan penutup muka (kedok) dan menari di atas pecahan kaca.
Dalam perkembangannya, tari Topeng Beling ini sudah dipentaskan di beberapa tempat diantaranya di Taman Mini Indonesia Indah, Taman Budaya Jakarta, Solo dalam acara FKN, dan Taman Budaya Jawa Barat. Topeng Beling ini juga pernah mendapatkan penghargaan tata tari terbaik se-Jawa Barat, yang akhirnya Topeng Beling ini menjadi salah satu maskot tari Kota Cirebon. Namun, keberadaan Topeng Beling pada saat ini belum diketahui oleh masyarakat luas meskipun Topeng Beling ini sudah menjadi salah satu maskot Jawa Barat.
Sumber :

Minggu, 17 Januari 2016

Batik Megamendung yang Mendunia



Cirebonmedia.com– Kesenian daerah Cirebon memiliki karakteristik tersendiri dan batik merupakan salah satu kesenian khas Cirebon yang memiliki ciri tersendiri. Batik asal Cirebon tak kalah populer jika dibandingkan dengan batik asal Solo, Jogja atau Pekalongan. Dan bati Megamendung merupakan batik khas Cirebon yang cukup terkenal dan mendunia.
Megamendung merupakan batik dengan motif yang digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai motif dasar batik yang sudah tidak asing lagi bagi pecinta batik di tanah air, begitupula bagi masyarakat pecinta batik di luar negeri. Bukti ketenaran motif Megamendung berasal dari kota Cirebon pernah dijadikan sebagai cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul “Batik Design” karya Pepin Van Roojen bangsa Belanda.
Menurut sejarah motif batik megamendung diadopsi dari berbagai macam buku dan literature yang mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China yang datang ke wilayah Cirebon. Tercatat dengan jelas dalam sejarah bahwa Sunan Gunung Jati menikahi Ratu Ong Tien dari negeri China. Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri China diantaranya adalah keramik, piring, kain yang berhiasan bentuk awan. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan ini juga berpengaruh pada dunia kesenirupaan Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.
motif-megamendung 500 x 500Batik yang satu ini sudah dikenal hingga manca Negara setelah sukses dijadikan sebagai cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen bangsa Belanda, ketenaran megamendung diperkuat dengan pernytaan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapat pengakuan sebagai salah satu World Heritage.
Tak hanya sampai disitu saja, desainer asal Inggris Julien Macdonald untuk karya Spring 2012. Motif yang digunakan julien pada baju yang ia design menggunakan corak motif megamendung, meski ada beberapa pihak yang mengatakan itu merupakan motif ikan dan naga yang berasal dari Asia Timur. Akan tetapi jika jika dicermati, motif yang digunakan lebih nampak sebagai perwujudan dari megamendung.
Sebagai masyarakat tempat dimana kesenian ini berasal, kita harus lebih mencintai dan bangga untuk mengenakannya. Jangan sampai kesenian ini lenyap atau diakui oleh bangsa lain. Dan berbanggalah karena tidak semua kota di Indonesia yang mempunyai budaya yang cukup banyak dan mendunia seperti batik megamendung Cirebon ini.


Image By: Google.com

Tari Topeng Cirebon yang Mulai Mendunia



Cirebonmedia.com- Siapa yang tak mengenal kesenian asal Kota Cirebon yang satu ini, sebuah tarian dimana si penari mengenakan topeng khas saat pertunjukan. Tarian ini dikenal dengan nama Tari topeng Cirebon, Tari Topeng Cirebon merupakan sebuah gambaran budaya yang luhur, filsafat kehidupan yang menggambarkan sisi lain dari diri setiap manusia.
Tari topeng Cirebon biasanya ditampilkan tunggal atau pun berkelompok . Dalam pementasannya menggunakan beberapa jenis topeng yang diperankan sang penari saat pertunjukan diantaranya, Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung dan Topeng Kelanan.
Menurut Marsita, salah seorang seniman asli asal Cirebon mengatakan, kata topeng berasal dari kata” Taweng” yang berarti tertutup atau menutupi. Sedangkan menurut pendapat umum, istilah kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup muka atau kedok. Berdasarkan asal katanya tersebut, maka tari topeng pada dasarnya merupakan seni tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu pementasannya.
Tari Topeng ini sudah ada jauh sejak abad 10-11M yaitu pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan Seni Tari Topeng ini masuk ke Cirebon dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat. Dan seiring waktu berjalan tari topeng mulai mengalami perkembangan pada gerakannya disesuaikan dengan budaya yang ada di Cirebon
Ternyata tarian ini tak hanya popular di daerah asalnya saja, namun dalam waktu dekat ini akan dipentaskan dipanggung seni berlabel internasional. Tari topeng akan dipentaskan dalam pagelaran OzAsia Festival di Adelaide, Australia.
IMG_7949-2Melalui akun jejaring sosialnya, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan “Wong Cirebon kudu bangga! Tari Topeng Cirebon akan dipentaskan di Festival Ozasia. 9 September -3 Oktober 2015 di Adelaide Festival Center – Australia” . tutur beliau.
Menurut Direktur Festival OzAsia Joseph Mitchell, tahun ini Indonesia memang menjadi fokus utama, dan Teater Garasi merupakan salah satu penampil yang akan menyemarakkan pembukaan festival tahunan ini.
OzAsia akan dimulai 24 September mendatang dan berlangsung hingga 11 hari. Selain Teater Garasi, sepanjang akhir pekan sejak pembukaan, akan ada 20 penampilan dari lebih 100 seniman Indonesia.
Itulah sebabnya, OzAsia 2015 ini disebut-sebut sebagai penampilan seni Indonesia kontemporer terbesar yang pernah digelar di Australia.
Sebagai warga Cirebon kita harus bangga karena salah satu kesenian daerah asli Cirebon mulai dikenal dan mendunia. Kesenian harus tetap dijaga dan dilestarikan jika tidak ingin kesenian ini mati termakan oleh perkembangan zaman.


Image By: Bhakti Gunawan/ Cirebon Media

Sumber :
Cirebon Media - Tari Topeng Cirebon yang Mulai Mendunia

Pemutaran Kembali Film SITA PERMATA SYURGA



Cirebonmedia.com Dunia perfilman di Indonesia pun menampakkan perkembangannya dengan banyaknya komunitas-komunitas pecinta film atau komunitas yang bergerak membuat film pendek di suatu daerah tertentu. Di Cirebon sendiri muncul sebuah komunitas pecinta film yang dikenal dengan “Jeh Film Community” yang kerap sekali berkarya demi memberikan edukasi bagi masyarakat.
Komunitas Film di kota Cirebon kembali mempersembahkan karya terbaiknya, Setelah sukses dengan pemutaran perdananya yang  dihadiri lebih dari 1000 Pengunjung dan KJFC komunitas Jeh Film Cirebon kembali  mempersembahkan SITA PERMATA SYURGA Bertempat di gedung kaliandra Jl perjuangan no 09 Kota Cirebon.
Film Edukasi Kisah Nyata ‘SITA PERMATA SYURGA’ yang mengangkat kisah hidup Ananda Sita Permatasari yang sarat akan nilai moral sehingga film bukan hanya sebagai media hiburan semata, melainkan juga sebagai pembelajaran hidup dan bahan perenungan agar kita selalu berjalan ke arah yang lebih baik lagi.
Komunitas-Jeh-Film-Kembali-Tayangkan-Syita-Permata-Surga-Small
Image By: Cirebon Media/ Harja
Acara yang telah diselenggarakan pada tanggal 16-17 januari 2016 disponsori Oleh Cirebon Media, Radar Cirebon, Tabloid Kirana, Nuansa Radio dan Maritim FM. Berbeda dengan pemutaran perdananya kali ini komunitas jeh film cirebon memberikan tambhan hiburan yaitu Stand Up Comedy dan Simple Magic Communication
Komunitas Jeh Film sendiri merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang perfilman yang berdiri pada tanggal 22 Oktober 2013 sesuai hari pertama berkumpul sekaligus bersatunya para pendiri yang memiliki tujuan sama.
Tujuan berdirinya Komunitas Jeh Film adalah mengenalkan budaya Cirebon melalui film kepada masyarakat luas terutama melekatkan kembali budaya yang ada di Cirebon kepada masyarakat Cirebon agar krisis budaya tidak kian mengendap di masyarakat. Selain itu, disadari pula bahwa sumber daya manusia yang ada di Cirebon dapat diberdayakan potensinya terutama di bidang perfilman.
Dengan para pemain Dino Syahrudin, Rosalia DK, Farha Sufi H, Sri Astuti, Risma Nur Insani, Astri, Widdya Ayu, Syifana, Ade Sumpena, Yus Q GDE, Hanna YP, R.Jihan T, Dhesal PL, Abdul Kholik, R.Riana SY, Galih MP, Pangeran Jabakuta, Oktavia, MA Alfatin, Naruyo Brebes.

Rabu, 13 Januari 2016

Kesenian Gembyung Cirebon


Cirebonmedia.com– Kehidupan masyarakat di Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran sebuah Kesenian. Kesenian inilah yang mampu menciptakan karakter dari tiap daerah yang tersebar di Nusantara sehingga memimiliki perbedaan dari daerah lainya. Bisa dikatakan, hal ini juga yang menciptakan budaya khas dari suatu daerah.
Kesenian merupakan intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Menurut Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
Di Negara yang memiliki lambang burung Garuda ini, memiliki begitu banyak kesenian yang tersebar diseluruh luas wilayahnya. Ada satu kesenian yang merupakan warisan para Wali yaitu Seni Gembyung. Seni ini berasal dari Kota Wali yaitu Cirebon.
Gembyung 500X500Seni Gembyung adalah pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah. Seni ini adalah jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra.
Melalui perkembangannya Gembyung tak hanya bisa dijumpai dalam lingkungan pesantren saja melainkan sudah berkembang dan dapat ditemukan di acara-acara adat seperti Khitanan, Perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan perayaan lainnya.
Kesenian Gembyung dalam pementasannya terdiri dari tiga alat musik yaitu kendang, kempling dan bangker. Kidung yang disajikan dalam pagelaranya antara lain Assalamualaikum, Basmalah, Salawat Nabi dan Salawat Badar.Serta pemainnya mengenakan peci, kemeja putih dan sarung.
Kesenian seperti ini harus tetap dipertahankan karena mengandung nilai sejarah yang sangat kental, Gembyung harus tetap dijaga karena ini merupakan ciri khas dari kota yang memiliki segudang keunikan yaitu Cirebon.


Image By: Google.com

Sumber :

Tas Kamera Produk Lokal yang Tak Kalah Dengan Buatan Luar


Cirebonmedia.com- Tas Kamera Badrun Junior adalah sebuah brand  asli Cirebon Jawa Barat. Usaha  ini dibangun oleh Dwi Agus Toni pria 25 tahun asal Cirebon pada tahun 2013. Ia mengungkapkan bahwa awalnya ia ingin membeli sebuah tas kamera dengan brand terkenal, namun hal itu tidak dapat ia lakukan karena beberapa hal, “Saat saya masih kuliah di Bandung saya ignin membeli tas kamera dengan merk terkenal dan berharga cukup mahal, hal itu dapat saya lakukan tetapi akibatnya uang saku saya selama 2 bulan, saat itu saya berfikir untuk mendesain dan memproduksi tas serupa sendiri”. Awalnya ia hanya memproduksi tas untuk pemakaian pribadi, namun banyak diantara teman-temannya yang tertarik dan memesan tas kamera kepada Dwi. Mulai saat itu Dwi Agus Toni dan seorang temannya mulai memproduksi tas kamera untuk dipasarkan.
tas kamera all about mohanSaat lulus kuliah di bandung, Dwi Agus Toni dan temannya kembali ke Cirebon. Dan di Jalan Syekh Datul Kahfi, Blok Sumur Wasiat, Desa Wot Gali, Kecamatan Plered,  Kabupaten Cirebon ia membuka toko dan produksi tas kamera itu yang diberi nama Tas Kamera Badrun Junior. Kini usaha tas kamera milik Dwi Agus Toni semakin dikenal masyarakat luas, bahkan ada juga pembeli yang berasal dari luar negeri seperti Bahrain dan Thailand. Badrun Junior memproduksi tas kamera dengan berbagai kombinasi warna agar para pembeli tidak bosan dengan tas kamera yang mayoritas berwarna hitam. Badrun Junior memiliki berbagai macam koleksi tas kamera dan untuk harga yang ditawarkan relative terjangkau, tergantung kualitas dan kuantitasnya.
Untuk memasarkan produknya Dwi Agus Toni mempunyai dua cara, yaitu melalui media online seperti website dan sosial dan media offline seperti mensponsori sebuah event fotografi, membuka lapak di acara car free dan dan dari mulut ke mulut. Dia berharap agar kedepannya usaha tas kameranya ini semakin luas dan semakin banyak digemari oleh masyarakat.


Oleh: Bima
Image By: Bima
Sumber :

Angklung Bungko Tradisi Cirebon Yang Kian Terkikis Zaman


Cirebonmedia.com- Cirebon merupakan suatu daerah yang terletak di Pantai Utara Jawa dengan berbagai keunikan karena akulturasi budaya yang melebur menjadi satu yang membentuk Kota ini memiliki ciri khas dari segi seni dan budaya yang salah salah satunya adalah Angklung Bungko.
Waktu demi waktu zaman semakin berkembang dengan berbarengan seni dan budaya asing masuk ke tanah air. Semakin banyaknya budaya asing yang masuk membuat kesenian dan budaya lokal sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh perkembangan zaman yang kebanyakan berkiblat kepada budaya asing yang telah masuk dan hal ini pula yang membuat Angklung Bungko mulai jarang ditemukan lagi.
Angklung Bungko merupakan kesenian khas Cirebon yang berasal dari desa Bungko di Kecamatan Kapetakan. Alat musik yang digunakan dalam pementasaanya ialah gendang, tutukan, klenong dan gong.
Kesenian yang satu ini pada awalnya merupakan musik ritmis dengan menggunakan media kentongan yang terbuat dari potongan bambu, kesenian ini diperkirakan lahir menjelang abad ke-17 setelah wafatnya Sunan Gunung Jati. Kesenian telah berusia 600 tahun. Dinamakan Angklung Bungko karena kesenian tersebut tumbuh dan besar di daerah Bungko, Cirebon Utara. Kesenian ini tercipta atas dasar luapan emosi kegembiraan masyarakat Bungko setelah memenangkan perang melawan pasukan Pangeran Pekik.
Angklung Bungko 500X500Saat pementasaannya tarian yang digunakan di dalamnya berupa gerakan-gerakan yang menggambarkan peperangan saat masyarakat bungko berhasil mematahkan serangan yang dilancarkan oleh pasukan dari pihak musuh. Gerakan dalam kesenian ini diantaranya Panji yang menggambarkan sikap berdzikir, Benteleye yang menggambarkan sikap bertindak dalam menghadapi suatu rintangan dalam perjalanan, Bebek Ngoyoryang menggambarkan jerih payah dalam upayauntuk mencapai tujuan dan Ayam Alas yang menggambarkan kelincahan dalam mencari sasaran yang telah dipilih.
Pagelaran kesenian Angklung Bungko biasanya dapat ditemukan pada upacara adat, namun seiring perkembangan zaman dari waktu ke waktu kesenian yang memiliki folosofis yang cukup dalam bagi masyarakat Bungko ini sudah semakin sulit ditemukan karena sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh zaman. Sebagai masyarakat Cirebon, marilah kita bergandengan tangan untuk tetap menjaga kesenian daerah Cirebon agar tidak hilang dimakan zaman.


Image By: google.com
Sumber :